Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Abdul Manan Ghani
menegaskan pentingnya menjaga ukhuwah imaniyah. Menurut Abdul Manan,
ukhuwah imaniyah sejatinya adalah pola persaudaraan yang dikembangkan
oleh Nabi Muhammad.
Manan menjelaskan, ukhuwah imaniyah sendiri sempat dikembangkan oleh Nabi dalam membangun Madinah yang kemudian diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin. “Jadi ukhuwah imaniyah berbeda dengan ukhuwah Islamiyah yang lebih parsial dan sektarian,” kata Manan selaku pembicara dalam acara Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah, Senin (25/4/2016).
Dia memaparkan ukhuwah imaniyah merupakan jaringan persaudaraan yang dilandasi persamaan keimanan seseorang terhadap Tuhan tanpa memandang bentuk-bentuk agama dan kepercayaan formal mereka. Pagar-pagar yang bernama Islam, Nasrani, Yahudi, Majusi dan yang lainnya bukanlah penghalang bagi terbentuknya ukhuwah imaniyah.
Menurut Manan, penyebutan ‘umat beriman’ memberikan pemilahan dan pembedaan tegas dengan umat beragama. Sebab, umat beriman mencakup komunitas ilntas agama yang memiliki paltform yang sinergis. Sementara, lanjutnya, umat beragama belum bisa dijamin keimanannya, bahkan bisa jadi justru memperjualbelikan dan mempolitisasi agamanya sendiri untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
Manan mengungkapkan umat beriman pada prinsipnya akan selalu mencari ruang dan titik temu dengan saudara-saudaranya yang lain dalam mengabdi kepada Tuhan. “Bukan malah mencari-cari perbedaan dengan agama lain,” kata Abdul Manan.
Umat beragama yang formalis, menurutnya, lebih mempersoalkan hal-hal parsial yang bersifat lahiriyah seperti cara beribadah, sementara esensi beribadahnya itu sendiri sering dilupakan. Komitmen umat beriman terhadap eksistensi Tuhan membawa pengaruh sangat berarti dalam setiap langkah mereka. (republika.co.id)
Manan menjelaskan, ukhuwah imaniyah sendiri sempat dikembangkan oleh Nabi dalam membangun Madinah yang kemudian diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin. “Jadi ukhuwah imaniyah berbeda dengan ukhuwah Islamiyah yang lebih parsial dan sektarian,” kata Manan selaku pembicara dalam acara Penyusunan Panduan Ukhuwah Islamiyah, Senin (25/4/2016).
Dia memaparkan ukhuwah imaniyah merupakan jaringan persaudaraan yang dilandasi persamaan keimanan seseorang terhadap Tuhan tanpa memandang bentuk-bentuk agama dan kepercayaan formal mereka. Pagar-pagar yang bernama Islam, Nasrani, Yahudi, Majusi dan yang lainnya bukanlah penghalang bagi terbentuknya ukhuwah imaniyah.
Menurut Manan, penyebutan ‘umat beriman’ memberikan pemilahan dan pembedaan tegas dengan umat beragama. Sebab, umat beriman mencakup komunitas ilntas agama yang memiliki paltform yang sinergis. Sementara, lanjutnya, umat beragama belum bisa dijamin keimanannya, bahkan bisa jadi justru memperjualbelikan dan mempolitisasi agamanya sendiri untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
Manan mengungkapkan umat beriman pada prinsipnya akan selalu mencari ruang dan titik temu dengan saudara-saudaranya yang lain dalam mengabdi kepada Tuhan. “Bukan malah mencari-cari perbedaan dengan agama lain,” kata Abdul Manan.
Umat beragama yang formalis, menurutnya, lebih mempersoalkan hal-hal parsial yang bersifat lahiriyah seperti cara beribadah, sementara esensi beribadahnya itu sendiri sering dilupakan. Komitmen umat beriman terhadap eksistensi Tuhan membawa pengaruh sangat berarti dalam setiap langkah mereka. (republika.co.id)
Posting Komentar untuk "Menjaga Ukhuwah Imaniyah versi PBNU"