Curug Pamutuh, Pesona Alam yang Tersembunyi di Lereng Gunung Galunggung

Siang itu, deretan sepeda motor terparkir di pelataran parkir depan kawasan Tugu Batu Geger Hanjuang. Tugu batu yang menjadi penanda penemuan prasasti sejarah Tasikmalaya tempo dulu tersebut menjadi titik awal perjalanan menuju Curug Pamutuh.


Curug yang berada di lereng Gunung Galunggung itu mulai santer disebut-sebut memiliki pemandangan elok dan menjadi surga tersembunyi Kabupaten Tasikmalaya. Berbekal pengetahuan minim dan modal bertanya kepada warga di sepanjang jalan. 

Dilaporkan wartawan PR, dengan menempuh perjalanan sekitar satu jam menggunakan sepeda motor dari Kota Tasikmalaya, "PR" tiba di pelataran Tugu Batu Geger Hanjuang di Kampung Geger Hanjuang, Desa Linggamulya, Kecamatan Leuwisari, Minggu, 21 Oktober 2018 siang. Untuk mencapai lokasi itu, pengunjung bisa menempuh perjalanan lebih dahulu ke Alun-Alun Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya kemudian mengarah ke Geger Hanjuang.

‎Perjalanan belum usai di pelataran parkir tersebut. Medan menanjak telah menghadang di depan mata. Dengan langkah perlahan, pepohonan rimbun yang menaungi jalan tanah menuju curug di rute awal pun terlalui.

Tak terlihat petunjuk arah di sana. Pengunjung perlu bertanya terlebih dahulu kepada warga Geger Hanjuang terkait rute awal tersebut agar tak tersesat.

Selepas jalur tanah terlewati, rute selanjutnya lebih mudah. Perjalanan cukup mengikuti pematang saluran air di tepi sungai. Namun, pemandangan yang membuat jantung berdegup sudah menanti. Sebagian bagian pematang yang telah ditembok itu diapit saluran air dan jurang menganga.

Konsentrasi menjadi keniscayaan bagi pengunjung saat meniti tembok pematang berukuran kecil. Lengah sedikit, pengunjung bisa terjungkal ke saluran air atau justru terempas ke jurang di sisi lainnya. Kendati mendebarkan, perjalanan tersebut sungguh menyenangkan.

Tetesan air yang merembes pada dinding tebing berjatuhan di sejumlah titik jalur perjalanan. Pengunjung pun seolah beberapa kali terguyur hujan.

Medan perjalanan kemudian memasuki badan sungai. Di sini, langkah kaki mulai berpijak pada bebatuan yang dilalui arus sungai. Setengah jam berlalu, medan berbatu semakin menancak hingga pemandangan tebing tinggi yang sempit dan menjepit aliran sungai terlihat. Ya, Curug Pamutuh sudah di depan mata.

Sejumlah remaja, pemuda sudah terlihat bertelanjang dada. Sebagian dari mereka telah menceburkan diri pada aliran sungai yang terhimpit dua tebing sempit itu.

Di tebing-tebingnya, mengalir air terjun kecil jernih yang membuat pemandangan tambah elok Curug Pamutuh. Pengunjung bisa berenang sembari menikmati guyuran air terjun dinding-dinding tebingnya.

Panjang bagian sungai di kawasan curug mencapai sekitar 20 meter. Sedangkan kedalamannya berbeda-beda. Di bagian dangkal, kedalamannya hanya sekitar satu meter. Namun, di bagian leuwi atau lubuknya kedalaman diperkirakan mencapai lima meter.

Kondisi sungai sedikit keruh dan berbau lumpur saat itu. Pasalnya, kehadiran pengunjung yang berenang membuat dasar sungai yang berupa lumpur dan tumpukan dedaunan teraduk-aduk.


Selain berenang dan swafoto, beberapa pengunjung menguji nyali dengan terjun dari tebing ke bagian lubuk sungai.  Wildan Ismail (29), pengunjung asal Cipedes, Kota Tasikmalaya mengaku memperoleh informasi keberadaan Curug Pamutuh dari mesin pencari internet. Bersama sejumlah temannya, Wildan mendatangi lokasi selepas menempuh perjalananan menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki.

Dia memuji keindahan curug yang tersembunyi di perbukitan lereng Galunggung. Jarak tempuh dari Kota Tasikmalaya pun terbilang dekat. "(Perjalanan) ada satu jam kurang," ucapnya.


Butuh penataan

Meski demikian, Curug Pamutuh perlu penataan bila dijadikan destinasi wisata. Selain perbaikan akses jalan agar aman dilalui, pemerintah perlu memasang petunjuk arah guna menghindari pengunjung tersesat. "Supaya lebih dikenal," tutur Wildan.

Petugas khusus yang mengawasi curug juga diperlukan agar memastikan keselamatan pengunjung yang berenang. Curug tersebut cukup rawan longsor karena dihimpit dua tebing sempit dan curam. Belum lagi potensi air sungai tiba-tiba meninggi dan meluap saat musim hujan.

Tak ayal, pemerintah perlu memperhatikan aspek-aspek keamanan ketika menjadikan Pamutuh sebagai obyek wisata.

Hal senada dilontarkan Herdian (17), pelajar SMA asal Kelurahan Setiamulya, Kota Tasikmalaya. Dia berharap, adanya penyediaan tempat penampungan sampah untuk menjaga kebersihan curug.

Menurut Herdian, belum terlihatnya upaya pemerintah dalam menata dan mengelola curug disebabkan informasi lokasi yang masih minim. "Mungkin pemerintah kurang tahu," ucapnya.


Tak terlihat pula pungutan tiket masuk resmi ke curug yang menjadi indikasi lokasi tersebut belum terjamah pemerintah.

Hari semakin sore. Satu persatu pengunjung mulai bergegas pulang. Keheningan mulai terasa setelah gelak tawa para pengunjung menghilang. Hanya suara air tebing yang terempas ke sungai masih saja terdengar. Langkah kembali diayun sebelum gelap datang. Pulang dan rindu kembali lagi. (pikiran rakyat)

Posting Komentar untuk "Curug Pamutuh, Pesona Alam yang Tersembunyi di Lereng Gunung Galunggung"