Potret Kehidupan; Seorang Marbot Masjid di Cilegon Ini Hidupi Empat Adiknya yang Lumpuh

Potret kehidupan miskin  terjadi di mana-mana, di hampir setiap pelosok kota atau kabupaten. Tetapi memang demikianlah kehidupan dunia, ada kaya ada miskin. Hanya saja antara keduanya harus senantiasa bersinergi.

Wakil Ketua BAZNAS Kota Cilegon, Muhammad Imron saat menyerahkan bantuan rehab rumah untuk ibu Saiyah. ANTARA/Susmiyatun Hayati.

Yang kaya membantu yang miskin, yang miskin juga bisa membantu si kaya – mungkin dengan tenaga – apabila diminta bantuannya. Dengan begitu si kaya memberi upah kepada si miskin yang telah membantu pekerjaan. Inilah yang disebut hubungan mutualis simbiosis.

Di kota Cilegon, terdapat pula potret kehidupan miskin. Di tengah Kota Cilegon yang dikenal sebagai kota industri dan kota dolar di Banten, juga masih ditemukan potret kemiskinan. Kondisi ini bahkan ditemukan di tengah lingkungan komplek yang jauh dari gambaran kehidupan masyarakat miskin.

Di jalan Hiu, tepatnya di RT 002/RW 006  lingkungan Kavling Blok C, Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, potret kemiskinan itu masih tampak jelas terlihat di keluarga Saiyah.

Ditemui di rumahnya pada Rabu (20/1/2021), Saiyah, seorang marbot masjid Al Muhajirin di lingkungan itu, bahkan tak sanggup menahan rasa pilunya. Wanita paruh baya itu mengaku sudah beberapa tahun ini menjadi tulang punggung keluarga. 

Sehari-hari ia bekerja sebagai marbot masjid juga mencari rejeki dengan membantu bersih-bersih dari rumah ke rumah para tetangganya untuk sekedar mencukupi kebutuhan makan dan minum ibunya Suhemah  yang sudah lanjut usia, dan keempat adiknya Sukarman, Maksum dan Subari  yang mengalami kelumpuhan, serta Tuti yang mengalami gangguan mental. 

"Saya cuma marbot aja sehari-harinya, kadang buat makan saya cari-cari upahan ke para tetangga untuk bantu bersih-bersih. Tapi ya itu cuma cukup buat makan, untung warga di sini sering bantu," kata Saiyah sambil menahan tangisnya.

Meski dibantu warga sekitar untuk bisa memenuhi kebutuhan kesehariannya, Saiyah mengaku hanya bisa pasrah berupaya semampunya lantaran tak bisa membawa adik-adiknya, walaupun hanya untuk sekedar berobat saja.

Rochmatulloh, Ketua RW 006 di lingkungan setempat berhasil menjembatani keluarga Saiyah dan BAZNAS Kota Cilegon sehingga ia dapat bantuan. Rochmat menuturkan, kondisi keluarga Saiyah diakui sudah berlangsung lama memprihatinkan. Tak hanya kondisi kesehatan keluarganya tetapi juga kondisi rumahnya. 

"Memang sebenarnya kondisinya memprihatinkan, berhubung saya baru menjabat sebagai Ketua RW, saya fasilitasi untuk bisa mendapatkan bantuan BAZNAS dari Kota Cilegon. Alhamdulillah sekarang sudah dapat. Yang saya utamakan itu rumah nya dulu ya, karena kondisi rumahnya juga ga layak harus direhab," katanya.

Sementara itu Muhammad Imron Wakil Ketua BAZNAS Kota Cilegon yang menyerahkan langsung bantuan rehab rumah senilai Rp20 juta mengaku, setelah melihat kondisi keluarga Saiyah, dengan adik-adiknya yang sakit, BAZNAS  memberikan bantuan biaya hidup. 

"Tadi saya serahkan langsung untuk rehab rumah. Dan karena kondisi keluarga ini juga berhak untuk dibantu biaya hidupnya, saya juga sudah mintakan supaya pak RW bisa urus dan ajukan agar setiap bulannya keluarga ibu Saiyah mendapat bantuan biaya hidup," jelasnya. (antara|ulul|alfa).

Posting Komentar untuk "Potret Kehidupan; Seorang Marbot Masjid di Cilegon Ini Hidupi Empat Adiknya yang Lumpuh"