Gus Mus Kritisi Materi Manasik yang Sering Tekankan Masalah Doktrin

Kebanyak jamaah haji yang berada di tanah suci  adalah orang-orang awam dan umumnya pemimpin mereka lebih akrab dengan doktrin yang itu-itu saja. Doktrin yang lebih menekankan kepada "semangat" beragama atau beribadah ketimbang pemahaman dan makna ibadah.

foto @haramaininfo
"Kita lihat misalnya, dalam penataran-penataran manasik, baik yang diselenggarakan instansi resmi maupun KBIH-KBIH biasanya jamaah lebih akrab dengan doktrin tentang "amalan-amalan" dan bacaan-bacaan," kata KH Mustofa Bisri, pengasuh pondok pesantren Raudlatut Tholibin Rembang, yang akrab disapa Gus Mus

Ia mencontohkan dalam hal pelaksanaan manasik haji. Menurutnya, seringkali penatar menekankan tentang afdhaliyah, keutamaa, atau hal yang lebih afdhal, dalam pelaksanaan haji dan keutamaan melakukan ini dan itu tanpa menjelaskan kondisi dan situasi riil di tanah suci saat haji.

"Misalnya, keutamaan waktu melempar jumrah, keutamaan berdoa di multazam, di hijir ismail, berdoa di Arafah di luar tenda, di Raudhah. Hal ini menyebabkan banyak jamaah yang semangatnya 'murni' semangat. Atau hanya semangat mendapatkan apa yang disebut sebagai keutamaan itu," urai Gus Mus.

Dalam artikelnya yang berjudul Ibadah Haji; Sebuah Refleksi Kehidupan, dalam buku Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia yang diterbitkan Ditjen PHU, Gus menambahkan, sebenarnya ibadah haji itu tidak terlalu pelik. "Ibadah haji hanya ibadah amaliyah. Asal pengamalannya benar, sudah sah," tegas Gus Mus dalam artikelnya itu.

Sedangkan pelaksanaannya sangat sederhana. Berihram, niat, memakai pakaian sederhana, memutari ka'bah (towaf), berlari-lari kecil antara Sawa dan Marwa. Wukuf di Arafah, melempar Jumrah, tahalul atau potong rambut tiga helai dan menyembelih hewan kurban.

Lantas apanya yang sulit? Banyak hal di daerah, ungkap Gus Mus, yang terkesan lucu. Membangun tiruan Ka'bah untuk latihan towaf. Bagaimanapun bebalnya orang keliru memutari Ka'bah? Sebab pasti akan ketabrak yang lain.

"Saya pikir, lebih bijaksana bila 'ruh ibadah' dan praktek pelaksanaan haji dengan memperhatikan kondisi dan riil di lapangan lebih mendapatkan porsi dalam penataran-penataran manasik. Ruh ibadah yang saya maksud mencakup dimensi penyadaran terhadap pemahaman ibadah secara keseluruhan. Amal hanya untuk Allah, 'menyenangkan' Allah, mencari ridha Allah," terang Gus Mus lagi.

Menurutnya, seringkali semangat beragama yang berlebihan menyeret seorang hamba kepada amalan yang justeru berbalik menjadi hanya untuk menyenangkan diri sendiri. (mnm)



Posting Komentar untuk "Gus Mus Kritisi Materi Manasik yang Sering Tekankan Masalah Doktrin"