Sayid Abbas bin Alwy Al-Maliki, Benteng Ahlussunnah wal Jamaah di Arab Saudi

sayid abbas bin alawy al-maliki (foto blogspot)

Sayid Abbas bin Alawi Al-Maliki wafat pada hari Selasa, 24 Jumadil Akhir 1436 bertepatan dengan 14 April 2015 pada dini hari pukul 03.00 (waktu Makkah) atau sekitar pukul 07.00 WIB. Kabar wafatnya merebak secara cepat melalu SMS dan jejaring sosial melalui murid-murid dan para santri yang pernah bermukim di Mekah.

Sayid Abbas dimakamkan malam harinya di pemakaman umum Ma'la setelah disalati di Masjidil Haram. Makamnya tak jauh dari makam neneknya, Sayyidatuna Khadijah Al-Kubra, istri Rasulullah SAW.

Sayid Abbas bin Alawi Al-Maliki adalah saudara kandung Sayid Muhammad Al-Maliki yang tercatat sebagai muhadits yang memiliki banyak murid dari Indonesia.

Sayid Abbas lahir di kota suci Makkah Al-Mukarromah pada tahun 1368 H. Terlahir dan dibesarkan oleh seorang ayah yang alim pemimpin Ahli Bait di kota Makkah, pembesar Bait Alawi yang disegani oleh pemerintah dan semua orang, pengajar di Masjidil Haram dan ulama besar yang dikagumi oleh masyarakat Mekkah ketika itu.

Sayyid Abbas dikenal memiliki sifat tawadhu, rendah hati, mudah senyum dan suka membantu orang yang kesulitan. Ulama yang digelari sebagai Bulbul Makkah dan Amirul Qasidah ini dikenal memiliki suara yang bagus dan pandai bersyair. Semasa hidup ia membangun pusat pendidikkan di Makkah al-Mukarramah, serta memiliki majelis Dalailul Khairat dan Majelis Burdah. Murid-muridnya terdiri dari pelajar dari Indonesia, juga pelajar luar asrama yang tinggal di Kota Makkah.

Setiap Senin malam di rumahnya diselenggarakan pembacaan maulid Al-Barzanji yang dihadiri ratusan orang dari mana saja. Bahkan jemaah haji dan umah Indonesia akrab mengikuti maulid di rmah Sayid Abbas.

Tonggak Mekah

Sayid Abbas selama ini dikenal sebagai ulama yang menggantikan posisi kakaknya, Sayid Muhammad yang wafat pada hari Jumat 15 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 M. Makkah dan dunia Islam sangat kehilangan tokoh besar ahli hadis yanh wafat pukul 06.00 Waktu Mekah itu.

Orang yang bertakziyah di rumah Sayid Abbas di Syari' Sittin melimpah ruwah hingga acara pemakaman di Ma'la yang tak seperti biasanya.  Jalanan menuju Masjidil Haram macet total karena pelayat yang ingin mensalati almarhum. Suasana pemakaman hampir mirip dengan suasana pemakaman Sayid Muhammad, kakanya. Toko-toko yang dilampaui jenazah mematikan lampu sebagai penunjuk rasa duka yang dalam.

Abbas dan Muhammad menimba ilmu pertama di Madrasah Al-Falah, Makkah, tempat sang ayah, Sayyid Alawi bin Abbas al Maliki mengajar di luar halaqah di Babus Salam Masjidil Haram. Keduanya belajar pada ulama Mekah terkemuka, seperti Sayyid Amin Kutbi, Hassan Masshat, Muhammad Nur Sayf, Sa'id Yamani, dan lain sebagainya.

Sayid Abbas memang tak secemerlang Sayid Muhammad yang menulis hingga lebih 100 buku (kitab). Tapi, Abbas memiliki jiwa sosial yang tinggi terutama bagi mereka yang ingin menimba ilmu. Sepeninggal Sayid Muhammad ia terpanggil dengan sendirinya untuk menggantikan kedudukan itu seraya menyiapkan pengganti dari anak Sayid Muhammad yang masih remaja.

Sayid Muhammad dan Sayid Abbas merupakan seorang yang sangat alim yang selama ini menjadi benteng faham ahlussunnah wal jamaah di Arab Saudi.

Sementara ayahnya, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki yang lahir di Mekah tahun 1328H dikenal sebagai seorang ulama terkenal dan ternama di kota Mekah. Disamping aktif berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Mekah seperti Thoif, Jeddah, dan lain sbagainya. Sayid Alawi juga tercatat sebagai guru K.H. Hasyim Asy'ari, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Maimun Zubair dan lain-lain.

Adat para Sadah dan Asyraf Mekah, Sayyid Abbas Almaliki selalu menggunakan pakaian yang berlainan dengan ulama yang berada di sekitarnya. Ia selalu mengenakan jubah, serban (imamah) dan burdah atau rida yang biasa digunakan dan dikenakan Asyraf Makkah.

Muhammad dan Abbas meneruskan perjuangan ayahnya menentang faham Salafi-Wahhabi, dan membuktikan kesalahan doktrin-doktrin mereka dengan menggunakan sumber-sumber dalil mereka sendiri. Untuk keberanian intelektualnya ini, Sayyid Muhammad pernah dikucilkan dan dituduh sesat. Ia dicekal mengajar di Masjidil Haram. Kitab-kitabnya dilarang, bahkan gelar professor di Umm ul-Qura dicabut dan paspornya ditahan. Namun, akhirnya situasi berbalik setelah muncul protes dari kalangan ulama dunia. (labbaik|mh|mnm). 

Posting Komentar untuk "Sayid Abbas bin Alwy Al-Maliki, Benteng Ahlussunnah wal Jamaah di Arab Saudi"