Al-Qur'an Surah Hud ayat 4
اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ ۚوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Kepada Allahlah kembalimu. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa semua umat manusia, baik mereka yang beriman ataupun mereka yang kafir, yang bertobat ataupun yang ingkar dan maksiat, akan kembali kepada Allah sesudah akhir hayat mereka, tak seorangpun yang tertinggal.
Di hadapan Allah itulah masing-masing manusia akan dihisab dan memperoleh balasan dengan seadil-adilnya. Mahasuci Allah, Mahakuasa atas segala sesuatu, Dia berikan kebaikan kepada orang yang mencintai-Nya dan Dia berikan keburukan kepada orang yang menutupi keberadaannya.
Al-Qur'an surah Hud ayat 5
اَلَآ
اِنَّهُمْ يَثْنُوْنَ صُدُوْرَهُمْ لِيَسْتَخْفُوْا مِنْهُۗ اَلَا حِيْنَ
يَسْتَغْشُوْنَ ثِيَابَهُمْ ۙيَعْلَمُ مَا يُسِرُّوْنَ وَمَا
يُعْلِنُوْنَۚ اِنَّهٗ عَلِيْمٌ ۢ بِذَاتِ الصُّدُوْرِ ۔
Ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka menutupi (apa yang ada dalam) dada mereka
untuk menyembunyikan diri dari-Nya. Ketahuilah bahwa ketika mereka
menyelimuti dirinya dengan kain, Dia mengetahui apa yang mereka
sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui (segala) isi hati.
Dalam ayat
ini Allah memperingatkan dan menuntut perhatian manusia untuk mengambil
pelajaran dan sifat orang yang menolak kebenaran. Mereka itu tidak mau
mendengarkan dakwah dan ajaran agama, lalu mereka menundukkan kepala
untuk menyembunyikan mukanya karena malu.
Wajah mereka tidak kuat menghadapi sinar kebenaran (Al-Qur′an) sewaktu dibacakan kepada mereka, tetapi sinar-sinar itu menembus jiwa mereka sehingga mereka menyembunyikan muka mereka dari Rasul saw.
Al-Qur'an surah Hud ayat 6
۞
وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا
وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ
مُّبِيْنٍ
Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan
dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan
tempat penyimpanannya.350) Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfuz).
Binatang-binatang yang melata,
yang hidup di bumi yang meliputi binatang yang merayap, merangkak, atau
pun yang berjalan dengan kedua kakinya, semuanya dijamin rezekinya oleh
Allah. Binatang-binatang itu diberi naluri dan kemampuan untuk mencari
rezekinya sesuai dengan fitrah kejadiannya, semuanya diatur Allah dengan
hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga selalu ada keserasian.
Jika tidak diatur demikian, mungkin pada suatu saat ada binatang yang berkembang-biak terlalu cepat, sehingga mengancam kelangsungan hidup binatang-binatang yang lain, atau ada yang mati terlalu banyak, sehingga mengganggu keseimbangan lingkungan. Jika ada sebagian binatang memangsa binatang lainnya, hal itu adalah dalam rangka keseimbangan alam, sehingga kehidupan yang harmonis selalu dapat dipertahankan.
Allah
mengetahui tempat berdiam binatang-binatang itu dan tempat
persembunyiannya, bahkan ketika masih berada dalam perut induknya. Pada
kedua tempat itu, Allah senantiasa menjamin rezekinya dan semua itu
telah tercatat dan diatur serapi-rapinya di Lauḥ Maḥfūẓ, yang berisi
semua perencanaan dan pelaksanaan dari seluruh ciptaan Allah secara
menyeluruh dan sempurna.
Al-Qur'an surah Hud ayat 7
وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ
لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ
مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ
"Dialah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa351) serta (sebelum itu)
ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan) untuk menguji kamu,
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau
(Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah
mati,” niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak
lain kecuali sihir yang nyata.”
Allah
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dalam ayat ini disebutkan
“sittati ayyām”, artinya “enam hari”, akan tetapi pengertian hari di
sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alami
sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah.
Ulama ilmu falak telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini.
Kemudian Allah menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi, berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib, yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu.
Ayat-ayat yang menerangkan hal ini termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita imani kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah.
Ummu Salamah, Rabi‘ah dan Malik meriwayatkan bahwa para
sahabat dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata,
“Istiwā (bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak
diketahui.” Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah
itu ialah air yang oleh Allah dijadikan unsur pokok dalam menciptakan
makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya:
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ
كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا
يُؤْمِنُوْنَ ;
Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? (al-Anbiyā'/21: 30);
Kemudian
Allah menerangkan bahwa tujuan penciptaan langit dan bumi dalam enam
masa, dan adanya ‘Arasy di atas air, yang jadi unsur pokok dari semua
makhluk yang hidup adalah untuk menguji siapa di antara manusia yang
lebih baik perbuatannya. Allah telah menyediakan semua yang berada di
bumi ini untuk dimanfaatkan manusia, sebagaimana firman-Nya:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا
Dialah
(Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.
(al-Baqarah/2: 29);
Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi diperintahkan supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya, untuk mengambil manfaat isi alam, untuk menggali manfaat alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya, supaya digali manfaatnya semaksimal mungkin, untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia, sebagai anugerah dari Allah Rabbul ‘Ālamīn.
Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ujian bagi
manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling
baik amalannya, yang paling berjasa untuk kemanusiaan, siapa yang paling
menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya,
siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya.
Tentulah Allah tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan
pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya.
Balasan Allah itu diberikan setelah hari Kiamat. Akan tetapi, jika Nabi
Muhammad berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan
dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal
perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab, “Apa yang kamu
kemukakan dari Al-Qur'an itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami
dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia.”
##Disalin dari aplikasi Qur'an Kemenag
Posting Komentar untuk "TAFSIR: Al-Qur'an Surah Hud Ayat 4-7, Mengambil Pelajaran Dari Orang Yang Menolak Kebenaran"