Al-Qur'an surah Hud ayat 11
اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
Kecuali, orang-orang yang sabar dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
Kemudian Allah mengecualikan dari orang-orang yang bersifat seperti tersebut di atas, beberapa orang yang sabar yang selalu berbuat kebajikan.
Mereka itu berlaku sabar ketika ditimpa musibah, beriman
kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, dan berbuat amal saleh ketika
musibahnya itu telah diganti dengan kenikmatan, serta mensyukuri nikmat
itu dengan mengamalkan berbagai amal kebajikan untuk mencapai keridaan
Allah, mereka akan mendapat ampunan dari Allah dan pahala yang besar di
akhirat nanti, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya:
وَالْعَصْرِۙ
١ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ ٢ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا
وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ ٣
Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
(al-‘Aṣr/103: 1- 3)
Al-Qur'an surah Hud ayat 12
فَلَعَلَّكَ
تَارِكٌۢ بَعْضَ مَا يُوْحٰىٓ اِلَيْكَ وَضَاۤىِٕقٌۢ بِهٖ صَدْرُكَ اَنْ
يَّقُوْلُوْا لَوْلَآ اُنْزِلَ عَلَيْهِ كَنْزٌ اَوْ جَاۤءَ مَعَهٗ
مَلَكٌ ۗاِنَّمَآ اَنْتَ نَذِيْرٌ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ
وَّكِيْلٌ ۗ
Boleh jadi engkau (Nabi Muhammad) hendak meninggalkan
sebagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan dadamu menjadi sempit
karena (takut) mereka mengatakan, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya
harta (kekayaan) atau datang malaikat bersamanya?” Sesungguhnya engkau
hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah adalah pemelihara segala
sesuatu.
Pada ayat ini, Allah swt menegur
Nabi Muhammad saw apakah ia meninggalkan sebagian wahyu yang diturunkan
kepadanya, ataukah dadanya menjadi sempit karena ucapan orang-orang
musyrik yang meminta tanda bukti atas kerasulannya.
Tuntutan mereka itu
ialah jika ia benar-benar nabi, mengapa tidak diturunkan kepadanya harta
benda (kekayaan) atau mengapa tidak datang kepadanya beberapa malaikat
yang meyakinkan kerasulannya. Ucapan semacam itu diterangkan pula dalam
firman Allah yang lain:
وَقَالُوْا مَالِ هٰذَا الرَّسُوْلِ يَأْكُلُ
الطَّعَامَ وَيَمْشِيْ فِى الْاَسْوَاقِۗ لَوْلَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ
مَلَكٌ فَيَكُوْنَ مَعَهٗ نَذِيْرًا ۙ ٧ اَوْ يُلْقٰىٓ اِلَيْهِ كَنْزٌ
اَوْ تَكُوْنُ لَهٗ جَنَّةٌ يَّأْكُلُ مِنْهَاۗ
Dan mereka berkata,
”Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di
pasar-pasar? Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat)
itu memberikan peringatan bersama dia, atau (mengapa tidak) diturunkan
kepadanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya,
sehingga dia dapat makan dari (hasil)nya?” (al-Furqān/25: 7-8);
Ucapan yang semacam itu yang berisi keingkaran dan cemoohan yang menimbulkan kesempitan dada pada orang yang dihadapinya juga dialami oleh Nabi Muhammad sendiri.
Pada awalnya dikhawatirkan beliau akan terpengaruh
oleh ucapan-ucapan semacam itu, sehingga beliau akan meninggalkan
sebagian wahyu yang telah diwahyukan kepadanya. Akan tetapi Nabi
Muhammad terpelihara dari tindakan seperti itu dan beliau tetap
konsekuen melaksanakan risalahnya dengan sempurna sesuai dengan firman
Allah:
وَلَوْلَآ اَنْ ثَبَّتْنٰكَ لَقَدْ كِدْتَّ تَرْكَنُ اِلَيْهِمْ شَيْـًٔا قَلِيْلًا ۙ ٧٤
Dan
sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir saja
condong sedikit kepada mereka. (al-Isrā'/17: 74); Demikian pula firman
Allah:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا
Maka
barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih
hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada
keterangan ini (Al-Qur'an). (al-Kahf/18: 6);
Allah menjelaskan bahwa kedudukan Rasul hanyalah sebagai seorang pemberi peringatan dan tugas beliau hanya sekadar menyampaikan perintah Allah kepada umatnya. Di akhir ayat Allah menyatakan bahwa Dia selalu memelihara segala urusan hamba-Nya.
Surah Hud ayat 13
اَمْ يَقُوْلُوْنَ افْتَرٰىهُ ۗقُلْ
فَأْتُوْا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهٖ مُفْتَرَيٰتٍ وَّادْعُوْا مَنِ
اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Bahkan,
apakah mereka mengatakan, “Dia (Nabi Muhammad) telah membuat-buat
(Al-Qur’an) itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian,) datangkanlah sepuluh
surah semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat dan ajaklah siapa
saja yang kamu sanggup (mengundangnya) selain Allah, jika kamu
orang-orang yang benar.”
Orang-orang kafir
Mekah menuduh bahwa Muhammad itu telah menciptakan Al-Qur'an. Mereka
menuduh bahwa Al-Qur'an itu bukan wahyu dari Allah, akan tetapi
semata-mata buatan Muhammad belaka.
Maka Nabi Muhammad diperintahkan untuk menantang orang-orang kafir Quraisy, termasuk pula orang-orang yang meragukan bahwa Al-Qur'an itu sebagai firman Allah, untuk membuat sepuluh surah yang sama dengan Al-Qur'an yang isinya mencakup hukum-hukum (syari‘at) kemasyarakatan, hikmat-hikmat, nasihat-nasihat, berita-berita yang gaib tentang umat-umat yang terdahulu dan berita-berita yang gaib tentang peristiwa yang akan datang, dengan susunan kata-kata yang sangat indah dan halus, sukar ditiru oleh siapa pun karena ketinggian bahasanya yang mempunyai pengaruh yang sangat mendalam kepada jiwa setiap orang yang membaca dan mendengarnya.
Sesudah itu dijelaskan bahwa mereka telah mengenal Muhammad. Beliau telah bergaul berpuluh-puluh tahun di tengah-tengah mereka, dan mereka tidak pernah mendapatkan beliau berdusta atau menyalahi janji sehingga mendapat gelar al-Amin. Dengan sifat yang sudah terkenal kejujurannya sejak sebelum diangkat menjadi nabi, tidak wajar apabila beliau tiba-tiba berubah menjadi penipu atau pendusta seperti yang mereka tuduhkan, yaitu mengada-adakan Al-Qur'an dan mengatakannya dari Allah.
Seorang sastrawan, bagaimana pun pandainya dan mahirnya membuat suatu karangan, tentu dapat saja ditiru atau diimbangi oleh sastrawan yang lain. Akan tetapi, orang musyrikin tidak mampu menciptakan surah-surah yang sama dengan Al-Qur'an, padahal mereka, sebagai pemimpin Quraisy, termasuk pujangga, ahli bahasa, dan sastrawan ulung, karena hasil karya kesusastraan mereka dalam bentuk syair sering dipamerkan bahkan dipertandingkan dalam gelanggang musabaqah keindahan bahasa di pasar Ukaẓ, Żul Majaz, dan Majannah.
Jika mereka secara sendiri-sendiri
ternyata tidak mampu mengemukakan surah-surah yang sama seperti
Al-Qur'an, maka mereka dipersilahkan mengundang orang-orang yang sanggup
membantu mereka jika mereka memang orang-orang yang benar. ##Disalin dari aplikasi Qur'an Kemenag
Posting Komentar untuk "TAFSIR: Surah Hud Ayat 11 - 13, Kafir Kuraisy Berpendapat Qur'an itu Bikinan Muhammad"