Tiga Sikap Terhadap Al-Qur'an Menurut Rasulullah SAW

Kakanwil Kemenag NTB, M. Zaidi Abdad, mengajak umat Islam agar menjadikan Al-Quran sebagai penuntun di dalam menjalani kehidupan. Hal itu diserukannya saat memperingati malam Nuzulul Al-Qur’an 17 Ramadhan 1442 H di Masjid Besar Kecamatan Narmada, di Narmada, Sabtu  (1/5/2021) malam.

Peringatan NUzulul Qur'an di Masjid Besar Kecamatan Narmada (Foto Kemenag NTB)
Dalam peringatan itu M. Zaidi juga menjelaskan, Nuzulul Qur’an secara harfiah merujuk kepada peristiwa turunnya Al-Qur’an, dari Lauhil Mahfuzd ke Baitul Izzah, langit dunia melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi besar Muhammad SAW, secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 22 bulan dan 22 hari. 

Khusus kita di Indonesia, umumnya memperingati Nuzulul Qur’an setiap tanggal 17 Ramadhan, termasuk di Masjid besar Narmada. Zaidi mengajak semua yang hadir untuk banyak membaca Al-Qur’an, karena dengan membaca Al-Qur’an hidup menjadi barokah.

"Fungsi Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk umat manusia, manhajul hayat, sistem kehidupan manusia. Al-Quran bukan hanya petunjuk umat Islam tapi umat manusia yang mengimani Al-Qur’an," tuturnya dilansir website resmi Kemenag NTB. 

Selanjutnya  Zaidi Abdad, menyebutkan bahwa sikap terhadap Al-Qur’an menurut petunjuk Rasulullah ada tiga. 

Pertama, membacanya.  “Siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Laam Miin itu satu huruf, tetapi Alif itu satu huruf dan Laam itu satu huruf dan Miim itu satu huruf.” (HR. At Tirmidzi)

Perlu diketahui, di dalam Al-Qur’an, ada 114 surah, 6666 ayat dan 1.027.000 huruf. Berarti kalau  mengkhatamkan 1 kali dalam Ramadhan, maka akan mendapatkan 10 juta lebih kebaikan. Masalahnya, kita tidak akan pernah bisa menghitung berapa banyak kebaikan Allah pada kita. Bahkan sebelah bola mata pun tak akan sanggup kita hitung kebaikannya.

Kedua, memahami Al-Qur’an. Banyak cara yang bisa kita lakukan agar bisa memahami kandungan Al-Quran. Kita bisa belajar dan berguru dengan yang orang yang lebih paham Al-Qur’an. Juga bisa belajar sendiri dengan memperbanyak membaca terjemahan dan tafsir Al-Qur’an. 

Belajar memahami bahasa Arab sehingga mudah memahami Al-Qur’an, atau yang paling sederhana dengan hadir di majelis taklim ilmu Al-Qur’an, dan yang juga tak kalah pentingnya, belajar tahsin dan tajwid Al-Qur’an agar tak salah membacanya.

Terakhir atau ketiga, mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Seorang hamba yang mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupannya otomatis menjadi hamba yang sangat taat pada Allah dan Rasulnya. Dia memiliki budi pekerti yang luhur sebagaimana Rasulullah disebut sebagai manusia berakhlak Al-Qur’an.

‘Aisyah radhiallahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun menjawab, “Akhlak beliau adalah (melaksanakan seluruh yang ada dalam) Al-Qur`an”. 

Qatadah mengatakan, Ia (“Khuluq” dalam Ayat ini) adalah sesuatu yang beliau laksanakan dari perintah Allah dan sesuatu yang beliau jauhi dari larangan Allah, dan makna Ayat di atas: Sesungguhnya engkau benar-benar berakhlak dengan akhlak yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur`an.

"Kita bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan berbakti kepada kedua orangtua, berbuat baik terhadap keluarga dan masyarakat," pungkasnya. (kmg|alfa|mnm)

Posting Komentar untuk "Tiga Sikap Terhadap Al-Qur'an Menurut Rasulullah SAW"