Walikota Bogor; 'Kita Perlu Kebersamaan di Panggung Depan dan Panggung Belang'


foto kotabogor.go.id
Relasi antara umat dan birokrat, antara ulama dan umara itu lebih banyak mesra di 'panggung depan' podium terhormat ketimbang di 'panggung belakang.' Jadi kata-kata indah berhamburan di podium terhormat menyatakan bahwa ulama dan umaro harus bersanding dan itu lebih sering ketika masa Pilkada tiba. Padahal kemesraan itu haruslah sepanjang masa.

"Saya merasakan betul hal itu," ungkap Bima saat menghadiri penutupan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Ormas Al-Ittihadiyah di Hotel Sahira, Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Bogor, Sabtu (27/01/2018).
Wali Kota Bogor Bima Arya  memohon maaf lantaran harus menyampaikannya secara terbuka apa adanya. Sebab, apa yang akan disampaikannya berupa kritik untuk semua pihak khususnya untuk dirinya.
Tetapi, kembali ia juga memohon maaf karena masih banyak juga pemimpin umat yang secara formal lebih sibuk berpolitik, melakukan manuver organisasi, untuk berikhtiar bahkan berikhtiar untuk berjihad demi umat.
Contoh konkritnya, ia mengakui mendapatkan tantangan yang luar biasa untuk membangun Kota Bogor tidak saja secara fisik namun juga non fisik. Menurutnya membangun fisik mudah, ia menganalogikan ada uang ada barang. Tetapi anggaran yang besar belum tentu membangun akhlakul karimah.
"Sedangkan di depan mata pembiaran terjadi dimana-mana. Disinilah saya merasakan betul betapa kita memerlukan kebersamaan yang tidak saja hanya di 'panggung depan' saja, tapi di 'panggung belakang' juga," katanya. (alfa),

Posting Komentar untuk "Walikota Bogor; 'Kita Perlu Kebersamaan di Panggung Depan dan Panggung Belang'"