Ngalap Berkah dari Ditutupnya Jembatan Gerendong Kecamatan Rumpin

Rusaknya Jembatan Gerendong yang sedang dalam perbaikan, membuat sebagian warga merasa terisolasi. Bukan hanya sulit bepergian, warga Desa Kampung Sawah Kecamatan Rumpin bahkan kesulitan membeli bahan pangan. Jangankan membawa barang belanjaan, membawa kendaraan sepeda motor saja harus menggunakan jasa rakit untuk menyeberangi Sungai Cisadane.

Kesulitan itu dirasakan Ika (35 th) warga RT 01/01 Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, yang juga memiliki warung kelontong. Kesulitannya itu belum terlalu terasa lantaran akses dari Kecamatan Ciseeng baru terputus sekitar dua hari.
Sehingga untuk sementara waktu ia masih bisa berbelanja di dekat rumahnya, yakni Pasar Nyungcung. 
Tetapi bagi warga lain, rusaknya Jembatan Gerendong membawa berkah tersendiri, seperti yang dirasakan oleh Jejen.  Warga Desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor memanfaatkan rakitnya untuk mengangkut orang.
Rakit yang biasa digunakan pengangkut batu dan pasir, kali ini dimanfaatkan untuk mengangkut warga dan sepeda motor menyeberangi Sungai Cisadane dari Desa Kampung Sawah Kecamatan Rumpin ke Desa Putatnutug Kecamatan Ciseeng atau sebaliknya, satu sepeda motor ditarif Rp10 ribu.
Jejen (38) mengaku baru dua hari melakukan aktivitas tersebut. Meski begitu, Jejen bersama timnya bisa menyeberangkan lebih dari 100 motor sehari. “Bisa sampai seratus. Satu rakit ini maksimal tiga motor tidak boleh lebih,” jelasnya saat ditemui Radar Bogor, kemarin (12/3).
Jejen memang tidak sendiri. Ada empat orang temannya yang memiliki masing-masing peran dalam setiap memberangkatkan motor menggunakan rakit. Jejen bersama dua orang lainnya bertugas membantu keluar masuk motor ke rakit, sedangkan dua teman lainnya bertugas mengantarkan rakit sampai di seberang. “Kami ada dua tim, yang di seberang sama yang di sini. Bagi hasilnya juga masing-masing tim,” terangnya.
Meski bekerja tim, tapi jatah yang diterima dari masing-masing penjaganya berbeda. Seperti Jejen yang bertugas membantu keluar masuk motor dari rakit, hanya mendapat jatah Rp3 ribu per motor. Sedangkan, penjaga yang bertugas mengantar rakit sampai di seberang mendapat jatah lebih besar, yakni Rp.7 ribu per motor.
Namun, Jejen enggan memberitahukan berapa penghasilannya dari menyeberangkan ratusan motor di Sungai Cisadane. Yang pasti, aktivitas tersebut dapat menarik keluar dirinya dari rutinitas yang hanya dilakukannya di rumah.
“Biasanya di rumah sama anak. Tapi alhamdulillah sekarang ada aktivitas di luar buat nambah-nambah,” kata Jejen.
Semula ada lima buah rakit yang digunakan Jejen bersama kawanannya untuk menyeberangkan motor melalui Sungai Cisadane. Namun, saking banyaknya motor yang dibawa, satu rakit rusak. Sehingga, kini yang digunakan hanya empat rakit.
Harganya juga cukup mahal. Untuk membuat satu rakit saja membutuhkan biaya sekitar Rp1 juta. Alat berbahan dasar bambu itu bukan milik pribadi Jejen, melainkan milik temannya yang dimanfaatkan secara bersama-sama.
Meski permintaan selalu ada, tapi operasional rakit tersebut dibatasi. Jejen baru mulai beraktivitas sekitar pukul 08.00 WIB hingga magrib. Namun anehnya, ketika malam tiba, beberapa rakit tersebut justru dihamparkan pada bagian Jembatan Gerendong yang sedang diperbaiki, untuk dilintasi motor.
“Kalau malam kan tidak terlalu banyak yang lewat. Ngeri juga kalau menyeberangkan motor di sungai malam-malam,” tuturnya. (rb|alfa).


Posting Komentar untuk "Ngalap Berkah dari Ditutupnya Jembatan Gerendong Kecamatan Rumpin "