juri ardianto (radar bogor) |
Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ) Juri
Ardiantoro mengungkapkan keprihatinannya atas rentetan aksi terorisme di
sejumlah tempat.
Pihaknya menegaskan bahwa pendidikan instrumen penting untuk menangkal
radikalisme dan terorisme.
Yang menjadi perhatian IKA UNJ, lanjut Juri, ialah usia sebagai para
pelaku yang masih belia. Usia di mana mereka semestinya sedang belajar,
baik di sekolah, pesantren maupun di kampus-kampus.
“Pada konteks inilah, instrumen pendidikan menjadi sangat relevan
untuk menangkal potensi tindakan radikal dan teror, sekaligus tantangan
dunia pendidikan untuk mengembalikan institusi pendidikan dalam
menyemaikan nilai-nilai humanisme, nilai-nilai kemanusiaan sebagai modal
untuk membangun harmoni social dan kebangsaan yang beragam,” ujar Juri
kepada NU Online, Senin (14/5) di Jakarta.
IKA UNJ mendesak kepada pemerintah, di samping memperkuat instrumen
intelijen untuk mendeteksi segala indikasi tindakan kekerasan dan teror,
memperkuat dan meningkatkan keterampilan aparat keamanan untuk
mengatasi aksi-aksi kekerasan dan teror.
“Serta melakukan penegakan hukum yang tegas atas pelaku yang telah terbukti melakukan tindakan kekerasan dan teror,” tegas Juri.
IKA UNJ juga mendesak seluruh institusi pendidikan, baik
sekolah-sekolah, pesantren-pesantren, lembaga-lembaga pendidikan agama
lain, dan kampus-kampus untuk mengevaluasi sistem dan materi pendidikan.
Di samping memupuk keterampilan dan kemampuan peserta didik
menghadapi berbagai tantangan perubahan jaman yang sangat cepat, juga
saat yang sama untuk kembali memperkuat pendidikan karakter yang
menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, kemanusiaan pada masyarakat
yang plural.
“Pendidikan harus dapat menangkal dan menolak tindakan biadab yang
mengorbankan manusia untuk kepentingan, ambisi, dan latar belakang
apapun yang akan merobek-robek harmoni kehidupan antar-umat manusia di
manapun,” tandas Juri.
Aksi terorisme berulang, 14 Mei 2018 Pukul 08.50 WIB telah terjadi
ledakan bom di Markas Poltabes Surabaya yang memakan korban dan tidak
menutup kemungkinan peristiwa seperti ini akan berulang.
Sebelumnya telah terjadi berbagai rentetan aksi terror dan
penangkapan terduga pelaku terror telah berlangsung dalam waktu singkat
pada minggu ini, yakni penyanderaan dan teror yang menewaskan 5 anggota
polisi sepanjang 8-10 Mei 2018.
Sehari setelahnya, di Mako Brimob terjadi penusukan kepada anggota
Brimob Briptu Bripka Marhum Frenje 11 Mei 2018 dini hari. Selanjutnya
penagkapan empat terduga teroris di Tambun Bekasi pada 10 mei 2018 dan
disusul penangkapan 2 perempuan muda yang diduga akan melakukan
penusukan di Mako Brimob pada 12 Mei 2018.
Teror selanjutnya yang mampu menyedot perhatian dunia internasional,
yakni pengeboman di beberapa gereja di Surabaya yang memakan korban
nyawa dan luka luka pada 13 Mei 2018, kemudian diikuti peledakan bom di
sebuah Rusunawa di Sidoarjo yang memakan korban pelaku dan keluarganya
pada hari yang sama yang menyebabkan 17 orang meninggal dunia.
Terhadap berbagai peristiwa dan aksis teror ini, IKA UNJ mengutuk
keras tindakan biadab dan antikemanusiaan ini dengan alasan apapun. IKA
UNJ juga menyampaikan duka belasungkawa mendalam kepada para korban
seraya mendoakan semoga keluarganya diberi kesabaran.
IKA UNJ mengajak masyarakat untuk tetap tenang, tidak mengambil
tindakan main hakim sendiri dengan tetap wasapada pada setiap tindakan
yang berpotensi teror. (rb|alfa).
Posting Komentar untuk "Instrumen Pendidikan Sangat Relevan Tangkal Tindakan Radikal dan Teror"