Karena Kekeringan Petani di Kabupaten Bogor Beralih ke Palawija



Kekeringan mengancam ribuan hektare lahan pertanian di wilayah timur Kabupaten Bogor. Sebagian petani mulai beralih menanam palawija dan sayuran untuk memanfaatkan lahan mereka yang kekurangan air pada musim kemarau tahun ini.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pertanian Cariu, Tatang Mulyadi menyebut luas lahan pertanian di Kecamatan Cariu dan Tanjungsari mencapai 5.180 hektar. "Sekitar 20 persen di antaranya tidak ditanami kembali karena sumber airnya tidak cukup," katanya, Minggu 22 Juli 2018.

Kekeringan di lahan tersebut dianggap paling parah karena merupakan tadah hujan. Namun, Tatang mengakui sebagian besar lahan lainnya masih bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman selain padi, seperti tanaman palawija dan sayuran lainnya.

Tatang memperkirakan sekitar 60 persen lahan lainnya bisa ditanami palawija seperti kacang-kacangan, jagung dan kedelai. Sedangkan 20 persen sisanya ditanami sayuran seperti kol dan cabai. Lahan yang masih bisa ditanami diakui masih mendapat suplai air dalam jumlah yang terbatas.
"Sekarang kondisinya masih panen raya di sini," kata Tatang.

Namun sebagian petani yang telah memanen padi diyakini akan segera beralih menanam tanaman selain padi. Ia menganggap kondisi tersebut masih lebih baik dibandingkan musim kemarau tahun lalu.

Tahun lalu, Tatang menyebutkan hanya 62 hektare dari luas sawah 2.610 hektare di Kecamatan Cariu yang bisa ditanami. Sedangkan di Kecamatan Tanjungsari hanya 500 dari 2.576 hektare sawah yang ditanami kembali. Selain itu, proses produksi padi saat itu juga terganggu serangan hama.


"Tahun ini kondisinya lebih baik. Hasil panen petani rata-rata di atas delapan ton per hektare. Tahun lalu hanya enam ton per hektare," kata Tatang membandingkan. Karena itu, ia optimistis persediaan pangan tahun ini surplus meskipun menghadapi musim kemarau.

Menurut prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosifika (BMKG), musim kemarau mulai berdampak di wilayah seperti Cianjur, Sukabumi dan Purwakarta. Cuaca panas terjadi sejak pekan ketiga Juni 2018 dan pekan pertama Juli 2018.

Menurut Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Bogor, Budi Suhardi, musim kemarau hanya terjadi di sebagian kecil wilayah Kabupaten Bogor. "Wilayah yang belum (kemarau) di wilayah Bogor tengah dan utara. Sebagian kecil juga di Sukabumi tengah dan Kuningan selatan bagian tengah," katanya.

Sementara itu, Dinas Tanaman Pangan Perkebunan dan Hortikultura Kabupaten Bogor mulai mempersiapkan strategi untuk mengantisipasi dampak terburuk kekeringan akibat kemarau berkepanjangan seperti pada 2015. Mereka mencatat kekeringan menyebabkan sekitar 500 hektare sawah mengalami gagal panen saat itu.

Salah satu upaya pemerintah daerah kata Kepala Dinas terkait, Siti Nuriyanti, ialah mempersiapkan alat pompa air bagi petani. "Terutama sawah-sawah tadah hujan seperti Jonggol dan Cariu. Pokoknya yang ada di timur itu kebanyakan tadah hujan," katanya. (pikiran rakyat).


Posting Komentar untuk "Karena Kekeringan Petani di Kabupaten Bogor Beralih ke Palawija"