Serangan Covid-19 dan Ritual Keagamaan di Masjidil Haram

Jamaah haji 2020
Bagi umat Islam, tahun 2020 akan dikenang sebagai tahun kedukaan bagi jamaah haji dan umrah, karena epidemi virus corona yang mengglobal. Sehingga Pemerintah Saudi menutup kegiatan di Masjidil Haram untuk mencegah penyebaran virus corona.

Penyelenggaraan haji 1441 diselenggarakan sangat terbatas. Terbatas pada orang Saudi dan non-Saudi dari semua negara yang sudah tinggal di kerajaan Saudi.

Tujuh puluh persen jamaah yang dipilih adalah penduduk ekspatriat sementara 30 persen sisanya adalah warga negara Saudi. Para ekspatriat, yang mendaftar untuk melakukan  ritual haji harus memenuhi kondisi kesehatan tertentu agar dapat menjadi jemaah haji yang memenuhi syarat. 

Mereka harus bebas dari penyakit kronis, dan memberikan hasil tes PCR bahwa dirinya negatif dari virus corona. Selain itu, pendaftaar haji berusia antara 20 hingga 50 tahun. Calon jamaah haji yang mendaftar juga harus bersedia menandatangani pernyataan tertulis untuk menjalani karantina sebelum dan sesudah menunaikan haji.

30 persen lainnya dalam haji 2020 adalah praktisi kesehatan dan petugas keamanan Saudi, yang telah pulih dari COVID-19. Mereka dipilih sebagai pengakuan atas peran mereka selama pertempuran melawan virus, asalkan mereka memenuhi kriteria kesehatan yang ditetapkan.

Haji, salah satu dari lima rukun Islam, biasanya diikuti oleh dua juta lebih tetapi tidak dengan tahun 2020 yang hanya diikuti beberapa ribu karena adanya pembatasan. 

Haji tahun 2020 dimulai pada 29 Juli di tengah langkah protokol kesehatan yang ketat,  sebagai bagian dari jaga kesehatan. Setiap jamaah diberikan tas berisi masker pelindung wajah, alat cukur, alat perawatan diri, batu untuk melempar jumrah  yang disterilkan, tusuk gigi, payung dan sajadah. Para jamaah harus menjaga jarak dalam berbagai ritual haji.

Otoritas Saudi kemudian mengumumkan bahwa tidak ada kasus infeksi, termasuk virus corona, yang terdeteksi di antara para peziarah.

Penghentian umrah

Kekhawatiran atas penyebaran virus juga mendorong otoritas Saudi untuk menangguhkan perjalanan Umrah yang dilakukan setiap tahun oleh jutaan Muslim di seluruh dunia.

Pada bulan Oktober, Arab Saudi membuka umrah atau haji kecil secara bertahap setelah penangguhan sekitar tujuh bulan. Demikian pula, aturan kesehatan yang ketat ditetapkan untuk melaksanakan Umrah.

Tahap pertama dari rencana tersebut, yang dimulai pada 4 Oktober, mengizinkan 6.000 jamaah umrah dari dalam kerajaan per hari ke Masjidil Haram.

Yang kedua mulai berlaku pada 18 Oktober, memungkinkan sekitar 40.000 jamaah dan 10.000 jamaah sehari ke Masjidil Haram. Sebanyak 20.000 jemaah umrah dan 60.000 jamaah per hari diizinkan untuk melakukan sholat di masjid, menurut fase ketiga saat ini yang dimulai pada 1 November 2020.

Penutupan masjid

Pada bulan Maret, banyak negara Muslim menutup masjid untuk membatasi penyebaran virus, sebuah langkah yang mendorong umat untuk beribadah di rumah. Penutupan masjid meliputi bulan suci Ramadhan yang terkenal karena ibadah yang intens dan sholat berjamaah. Arab Saudi, tempat kelahiran Islam, menangguhkan sholat berjamaah secara nasional termasuk Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Otoritas Islam di berbagai negara mendesak umat Islam untuk menjalankan ibadah di rumah, dengan mengatakan bahwa penutupan masjid sesuai dengan Syariah. "Keputusan ini datang untuk menekankan tujuan tertinggi dari Syariah Islam yang menekankan pentingnya melindungi kehidupan manusia dari semua kejahatan," kata Dar Al Iftaa, otoritas Islam tertinggi Mesir, dalam sebuah pernyataan.

Hampir tiga bulan kemudian, masjid mulai dibuka kembali karena infeksi virus menunjukkan tren penurunan di sebagian besar negara Arab. Namun, jemaah yang mendambakan sholat berjamaah di masjid diharuskan untuk mematuhi tindakan pencegahan kesehatan, termasuk memakai masker wajah, menjaga jarak dengan jarak dua meter, menggunakan sajadah pribadi dan melakukan wudhu di rumah. 

Di Arab Saudi, jamaah diperiksa suhu tubuhnya sebelum diizinkan masuk ke masjid.

Bersukacita atas pembukaan kembali masjid

Meskipun ada larangan, jamaah tetap gembira saat menghadiri shalat di masjid. "Kembalinya shalat ke masjid adalah hari Idul Fitri," kata Shaikh Adel Al Kalbani, seorang imam masjid di Riyadh kepada televisi Saudi Al Ekhbariya pada bulan Juni.

“Dulu, masjid ditutup sementara karena renovasi atau restorasi. Saat itu, seseorang bisa pergi ke masjid lain. Tapi di masa pandemi corona tidak bisa pergi ke semua masjid, termasuk Dua Masjid Suci, ini benar-benar pengalaman yang sulit yang belum pernah saya lihat sebelumnya dalam hidup saya,” tambahnya. (gulfnews|azka|mnm).

1 komentar untuk "Serangan Covid-19 dan Ritual Keagamaan di Masjidil Haram "

  1. ������ Ya Allah semoga kami semua dan keluarga semuanya dari Indonesia bisa PUASA , TARAWIH ,UMRAH, HAJI DI Tahun ini 1442/2021
    Di Tanah suci Makkah Madinah dengan Sehat Wal afiah dapat Ridho Allah swt dunia akhirat amin
    Siti M, Bogor

    BalasHapus