Al-Qur'an surah Hud ayat 8
وَلَىِٕنْ اَخَّرْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ اِلٰٓى اُمَّةٍ مَّعْدُوْدَةٍ لَّيَقُوْلُنَّ مَا يَحْبِسُهٗ ۗ اَلَا يَوْمَ يَأْتِيْهِمْ لَيْسَ مَصْرُوْفًا عَنْهُمْ وَحَاقَ بِهِمْ مَّا كَانُوْا بِهٖ يَسْتَهْزِءُوْنَ
Sungguh, jika Kami tangguhkan azab dari mereka sampai waktu tertentu, niscaya mereka akan berkata, “Apakah yang menghalanginya?” Ketahuilah, ketika datang kepada mereka, azab itu tidaklah dapat dipalingkan dari mereka. Mereka dikepung oleh (azab) yang dahulu mereka selalu memperolok-olokkannya.
Dari jawaban orang musyrik ini, jelas bahwa mereka hanyalah mengikuti adanya kehidupan di dunia saja; sedang kehidupan yang ada di akhirat, mereka dustakan.
Jika Allah menunda datangnya azab yang telah diancamkan oleh Rasul-Nya kepada mereka sampai kepada waktu yang telah ditentukan, mereka mencemooh dan berkata, “Apakah gerangan yang menghalang-halangi datangnya azab itu kepada kami, jika benar azab itu akan datang.”
Allah mengancam bahwa azab itu pasti datang, pada waktu yang telah ditentukan oleh Allah sendiri, dan nanti bila azab itu datang, maka tidak ada yang memalingkannya, dan tidak ada seorang pun yang dapat menahan atau menolaknya. Mereka akan dikepung dari segala penjuru oleh azab, yang selalu mereka perolok-olokkan.
Surah Hud ayat 9
وَلَىِٕنْ اَذَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنٰهَا مِنْهُۚ اِنَّهٗ لَيَـُٔوْسٌ كَفُوْرٌ
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepada manusia suatu rahmat dari Kami kemudian Kami
cabut kembali darinya, sesungguhnya dia menjadi sangat berputus asa lagi
sangat kufur (terhadap nikmat Allah).
Allah menjelaskan jika Allah memberikan kepada manusia suatu macam
nikmat, sebagai karunia-Nya seperti kemurahan rezeki, keuntungan dalam
perdagangan, kesehatan badan, keamanan dalam negeri, dan anak-anak yang
saleh, kemudian Allah mencabut nikmat-nikmat itu, maka manusia segera
berubah tabiatnya menjadi orang yang putus asa.
Mereka hanya memperlihatkan keingkaran dan tidak lagi menghargai nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Di samping putus asa akan hilangnya nikmat itu, mereka juga ingkar kepada nikmat-nikmat yang masih ada padanya. Hal itu disebabkan karena ia tidak memiliki dua sifat yang utama yaitu kesabaran dan kesyukuran.
Surah Hud ayat 10
وَلَىِٕنْ اَذَقْنٰهُ نَعْمَاۤءَ بَعْدَ ضَرَّاۤءَ مَسَّتْهُ لَيَقُوْلَنَّ ذَهَبَ السَّيِّاٰتُ عَنِّيْ ۗاِنَّهٗ لَفَرِحٌ فَخُوْرٌۙ
Sungguh,
jika Kami cicipkan kepadanya (manusia) suatu nikmat setelah bencana
yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, “Telah hilang keburukan itu
dariku.” Sesungguhnya dia sangat gembira lagi sangat membanggakan diri.
Jika Allah menghindarkan manusia dari kemudaratan yang telah menimpa
dirinya, dan menggantinya dengan beberapa kenikmatan seperti sembuh dari
sakit, bertambah tenaga dan kekuatan, terlepas dari kesulitan, selamat
dari ketakutan, maka ia berkata, “Telah hilang dariku musibah dan
penderitaan yang tidak akan kembali lagi.”
Musibah dan penderitaan itu tidak lain hanya seperti awan di musim kemarau yang akan segera hilang. Mereka mengucapkan kata-kata yang demikian itu dengan penuh kesombongan dan kebanggaan.
Mereka merasa lebih berbahagia dari semua
orang yang berada di sekitarnya. Pada dasarnya mereka tidak menerima
nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur bahkan sebaliknya mereka bersikap
sombong dan takabur.
##Disalin dari aplikasi Qur'an Kemenag
Posting Komentar untuk "TAFSIR: Surah Hud Ayat 8 - 10, Kedustaan Orang Musyrik Terhadap Nikmat Allah"